![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwpi4Uwy3KnlVGjIr6WJ7nHgcextcJHZedhAyPUA_Bd7_1kD0aKv3Ftbhj3zdMjpCGILMsMI7Kysu0XKZNFmGcFs9P8b41nEy2ic-r8eUWNQqUXPxtok7YHjQzPbY0M8YDush1Qpdb19k/s640/77445-tadinya-aku-ingin-bunuh-diri-karena-sudah-tak-perawan-namun-034649-750x400.jpg)
RumahCerita.Com : -
Ya, kau datang merubah segalanya.Namun caramu
pergi, lebih merubah segalanya.Aku ucapkan terimakasih karena kau pernah hadir
di hidupku.Layaknya anak kecil yang mempunyai sahabat karib, aku
menganggapmu.Kau baik hati, penyayang, sangat peduli, dan yang terpenting
selalu mengerti diriku.Dan aku? Terpaksa terpesona olehmu.Bagai ada kacamata
filter yang membuatmu seolah-oleh tanpa kekurangan.Sempurna.
Dan aku ingin berada di sisimu.Ah, dongeng macam
apa ini.Bagai punuk merindukan bulan, namun bulan datang menghampiri.Kau adalah
yang aku inginkan.Kita lalui hari bersama.Berjalan-jalan, berfoto ceria,
berburu kuliner asik, hingga berbagai tingkah konyol lainnya.Namanya manusia,
aku merasanyaman dengan hadirmu.
Mungkin, kau bisa menjadi jawaban dari seribu
pertanyaandalam hidupku.Berharap kau selalu ada. Tak pernah pergi.Ah, kamu.Aku
berpikir betapa sempurna tuhan mempertemukan kita.Rasanya, berbagai hal yang
pernah dilalui bersama tak ingin berlalu begitu saja.Aku candu.Candu itu
bernama kamu. Entah kau sadar atau tidak, aku ingin kita menjadi lebih
dekat.Ditambah dengan semua kenyamanan ini, aku ingin kita menjalin hubungan
yang baik.
Tak muluk-muluk.Jalannya waktu memang bagai roda
yang berputar cepat, namun kala itu beda.Aku merasa tergilas olenya, oleh
waktu.Dan kamu, bekerjasama dengan sang waktu untuk tidak memberitahu bayanganmu.Ya,
kau menghilang.Aku tak paham dengan semua ini.Terlalu kaget saja. Bagaimana
bisa. Mengapa.Ah, pertanyaan dalam kepalaku sudah ribuan rasanya, oh tidak,
jutaan rasanya.Kuteriakkan namamu dalam keramaian manusia.Bertanya sana dan
sini.
Berusaha menahan peluh untuksebuah
jawaban.Setelah capai oleh semuanya, aku menepi, duduk dibawah pohon.Sendiri,
emang mau dengan siapa lagi.Menarik napas dalam-dalam, membuangnya perlahan.
Hal ituyang kau ajarkan dulu ketika aku sedang sedih.Ah, kutepis bayangmu.Hingga
kini, aku masih belum mengerti saja.Dan teganya kau meninggalkanku ditengah
jutaan harapan baik yang sudahkurencanakan.Menghancurkan segala tiang
kebahagiaan dalam sekejap.Jangan kautanya bagaimana kondisi hatiku.Parah.
Mengiklaskanmu memang berat.Namun kau tahu apa
yang terberat?Adalah berusaha membuka hatiuntuk orang lain.Aku tak bisa,
setidaknya belum bisa. Sulit sekali rasanya.Ini semua gara-gara kamu, ini semua
salahmu. Itu cerita lama.Sekarang, aku berusaha tidak menyalahkanmu.Aku
menyalahkan diriku sendiri yang terlampau bodoh.Yang terlalu berharap padamu
yang tak pasti.
Namun kau tahu, apa yang kusyukuri?Aku belajar
mulai mencintai diriku sendiri.Terima kasih pernah datang, lalu pergi.Terima
kasih pernah ada, lalu tiada.Terima kasih pernah menghibur, lalu kabur.Terima
kasih pernah meninggikan harap, lalu menjatuhkan.Terima kasih pernah
mendekat,lalu menjauh.Terima kasih pernah peduli, laluacuh.Selamat tinggal,
kamu.Terima kasih telah meninggalkan luka, dari situ aku belajar untuk
mengobati hatiku sendiri.
by ; Follow fb@Ema Nurlina Sari
No comments:
Write comments